Upaya Meminimalisir Pupuk Anorganik dengan Meningkatkan Pupuk Organik yang Memakai Kotoran Sapi untuk Tanaman Jagung pada Lahan Kering di Nusa Tenggara Barat
Permintaan pasar
semakin meningkat menjadi tantangan bagi petani jagung, sebab petani mempunyai
kesempatan untuk mengembangkan usaha dan meningkatkan produksi jagung per
hektar. Produksi jagung hingga kini dikonsumsi manusia dalam berbagai bentuk
penyajian, seperti buah jagung yang masih muda terutama jagung manis. Selain
itu juga sering dijumpai dalam bentuk tepung jagung atau tepung maizena (Tola et al.
2007).
Pengolahan tanah secara
intensif akan membuat temperatur dan drainase tanah menjadi lebih baik,
sehingga mengakibatkan laju oksidasi bahan organik berlangsung cepat. Hal ini
tergambarkan pada nilai K yang konstanta laju mineralisasi N per hari lebih
tinggi pada sistem olah tanah konvensional dibandingkan dengan olah tanah
minimum dan tanpa olah tanah (Fuady 2010).
Potensi
Kotoran Sapi Di NTB
Gambar 1: Penampakan sapi-sapi di NTB
Sumber: https://matainfo.wordpress.com/2010/03/30/46/
Provinsi sangat potensi
untuk mengolah pupuk organik dengan
menggunakan kotoran sapi, namun pengetahuan petani masih minim, sehingga
kotoran sapi tidak dimanfaatkan dengan baik. Menurut Yuliana (2010), populasi ternak sapi tahun 2008
mencapai 546.114 ekor, dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 6,41% setiap
tahunnya. Berdasarkan wilayah penyebarannya, sebanyak 48% ternak sapi
dipelihara di Pulau Lombok dan 52% di pelihara oleh peternak di Pulau Sumbawa.
Jenis sapi di wilayah NTB beraneka ragam dimulai dari Sapi Ras Bali, Hissar,
Simmental, Brangus, Limousin, Frisian Holstein, dan sapi-sapi hasil persilangan
dari berbagai jenis tersebut. Jenis sapi yang paling banyak dipelihara oleh
peternak rakyat di NTB adalah jenis Sapi Bali. Hal tersebut dikarenakan Sapi
Bali merupakan ternak asli Indonesia, sehingga paling mampu bertahan pada
daerah tropis dan kemampuannya dalam memanfaatkan pakan berkualitas rendah.
Lebih lanjut dikatakan saat wawancara berlangsung di Desa Pengadangan,
Kabupaten Lombok Timur, kebanyakan peternak saat diwawancarai mengenai alasan
mereka beternak yaitu untuk menyambung hidup, menabung untuk keperluan masa
depan, dan keperluan anak sekolah. Kendala pengembangan yang dihadapi adalah
tidak adanya pengetahuan teknologi dalam pemanfaatan pengolahan pakan ternak
dan modal yang sangat kecil, sehingga usaha peternakan rakyat walaupun terus
berkembang dan jumlah ternak semakin bertambah tapi cenderung berjalan lambat.
Manfaat
Pupuk Organik Untuk Tanaman Jagung
Gambar 2. Jagung Manis
Sumber: https://kicknews.today/2016/05/03/bps-ntb-harga-jagung-sudah-lebih-baik/
Jenis pupuk berpengaruh
sangat nyata terhadap diameter pangkal batang dan jumlah daun pada umur 45 hari
setelah tanam dan panjang daun umur 30-45 hari setelah tanam dan berpengaruh
nyata terhadap panjang tongkol tanpa kelobot. Pertumbuhan dan hasil tanaman yang
lebih baik pada tanaman jagung manis diperoleh pada perlakuan pupuk NPK
(15:15:15). Varietas berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman dan
diameter pangkal batang pada umur 15 hari setelah tanam, jumlah daun umur 30
dan 45 hari setelah tanam, panjang
daun umur 30 hari. Setelah
tanam, diameter tongkol tanpa kelobot, jumlah tongkol pertanaman, panjang
tongkol tanpa kelobot, bobot tongkol per bedeng dengan tanaman pinggir,
bobot tongkol berkelobot dan jumlah biji per kelobot. Namun berpengaruh nyata
terhadap panjang daun umur 15 dan 45 hari setelah tanam, bobot tongkol tanpa
kelobot dan bobot tongkol per bedeng tanpa tanaman pinggir (Syafruddin 2012).
Pengaruh bokasi kotoran
sapi terhadap pertumbuhan jagung manis dapat disimpulkan bahwa: (1) bokasi
kotoran sapi berpengaruh positif terhadap pertumbuhan jagung manis dan (2)
berat bokasi kotoran sapi sapi terbaik untuk pertumbuhan jagung manis adalah
300 gr/polibag. EM4 (Effective
Microorganism 4) diberikan saat proses pembuatan bokasi juga berpengaruh
pada pertumbuhan jagung manis digunakan untuk mempercepat proses fermentasi
dengan bantuan mikroorganisme. Mikroorganisme yang terdapat pada EM4 bersifat
baik untuk tanaman dan tanah, sehingga dengan adanya campuran EM4 struktur
tanah menjadi lebih baik dan meningkatkan unsur N dan P pada tanah. Saat proses
fermentasi terjadi mikroorganisme menguraikan semua unsur yang terdapat pada jagung
manis menjadi unsur hara yang bermanfaat bagi tanah. Hasil dari fermentasi
membuat semua unsur hara yang terkandung pada bokasi kotoran sapi menjadi mudah
diserap oleh tanaman ( Lumowa dan Ernawati 2014 ).
Sejak dahulu nenek moyang kita sudah menggantungkan kehidupannya
pada bercocok tanam, mereka melakukan sistem pertanian tradisional dengan
mengandalkan keseimbangan alam sebagai sistem pertanian (natural sistem). Saat
itu belum dikenal adanya benih unggul, pupuk, dan pestisida. Mereka menggunakan
benih yang telah ada secara alami dan berkembang secara in situ. Mereka tidak
menggunakan pupuk, tetapi semua jerami sisa panen dikembalikan ke lahan. Pupuk
yang mereka kenal adalah kotoran ternak. Mereka membuat rumah kecil di lahan
sebagai tempat pembuangan kotoran keluarga. Hama dan penyakit tanaman sudah
mereka kenal, tetapi tidak dibasmi. Untuk pengendaliannya diserahkan kepada
alam. Hasilnya, kehidupan nenek moyang kita saat itu berkecukupan, bahkan berlimpah
(Nurhidayati et al. 2008).
Sumber daya limbah peternakan dapat dikelola sebagai
sumber daya pupuk organik yang cukup bermanfaat bagi tanah dan tanaman jagung
dapat menghasilkan bahan pangan yang bermutu dan bebas dari bahan beracun dan
berbahaya sebesar 4.160 ton per ha serta mampu memberikan kontribusi terhadap
pendapatan petani sebesar 6.240.000 per ha dan disisi lain kualitas sumber daya
lingkungan akan meningkat dan dimanfaatkan secara berkelanjutan.
Semakin tinggi dosis kotoran sapi yang diberikan
sebagai bahan amelioran secara umum meningkatkan nilai-nilai fraksi resin-Pi,
NaHCO3-Pi, dan NaOH-Pi setelah dua minggu masa inkubasi dan setelah panen pada
tanah di bawah pertanaman jagung. Secara umum fraksi resin-Pi NaHCO3-Pi dan
NaOH-Pi saat panen di daerah rhizosfer lebih tinggi dibandingkan dengan antar
baris tanaman (Hartono et al. 2013).
Pemberian berbagai dosis pupuk kandang domba pada
jarak tanam berbeda memberikan pengaruh terhadap indeks luas daun, jumlah baris,
biji per tongkol, bobot biji pipilan kering per petak, bobot biji pipilan
kering per hektar, dan indeks panen. Perlakuan dengan jarak tanam 75 x 25 cm ditambah
satu ton per ha pupuk kandang memberikan hasil yang lebih baik dari perlakuan
75 x 25 cm ditambah tiga ton per ha pupuk kandang yaitu 7.66 ton per ha
(Wahyudin et al. 2015).
Bahan keluaran dari
sisa proses pembuatan biogas sludge
dapat diolah kembali menjadi pupuk organik. Pupuk padat yang dihasilkan dari
keluaran biogas lebih baik dibandingkan dengan pupuk kompos yang bisa digunakan
petani. Selain itu unsur hara yang ada dalam pupuk organik cair hasil dari
proses fermentasi dalam penggunaannya dapat langsung diserap tanaman dan cepat
terurai sehingga mudah diserap tanaman (Adityawarman et al. 2015).
Pemanfaatan limbah
kotoran sapi menjadi pupuk organik ternyata menghasilkan potensi ekonomi yang
lumayan besar bagi anggota kelompok tani ternak, sehingga dapat meningkatkan
pendapatan ekonomi dan dapat mendorong kesejahteraan petani. Selain itu
pemanfaatan limbah kotoran sapi (teletong) menjadi pupuk organik juga dapat
menjaga kesehatan lingkungan dan menjaga kesehatan masyarakat sekitar peternakan,
karena limbah kotoron sapi ini dapat menghasilkan NH3 yang apabila
bersatu dengan debu dalam jangka waktu lama akan menyebabkan beberapa penyakit
yang terkait dengan paru-paru dan mencemari udara disekitar masyarakat karena
baunya, sehingga dengan pemanfaatan limbah tersebut dapat membangun hubungan
yang simbiosis muatualisme yang saling memanfaatkan secara positif (Huda dan
Wikanta 2016).
Membuat Pupuk Kandang Menggunakan Kotoran Sapi
Gambar 3. EM4
Sumber: https://www.facebook.com/valdo.costa
Pembuatan bokasi
kotoran sapi dengan EM4 yaitu langkah pertama membuat bakteri EM4 yang dibuat
dengan cara mencampurkan 5 sendok bioaktivator EM4 dengan 10 liter air, 15
liter air, dan 20 liter air . Setelah bakteri EM4 sudah siap maka pembuatan
bokasi kotoran sapi dapat dilakukan dengan proses dalam tiga perlakuan dengan
yaitu pemberian dosis bakteri EM4 yang berbeda pada setiap bahan yaitu: bakteri
EM4 sebanyak 10 liter, bakteri EM4 sebanyak 15 liter dan bakteri EM4 sebanyak
20 liter (Lumowa dan Ernawati 2014).
Kesimpulan
1.
EM4 dapat meminimalkan penggunaan
pupuk anorganik dan meningkatkan pupuk organik, sehingga dapat menggurangi
dampak kerusakan bagi kesuburan tanah dan lingkungan di sekitar.
2.
Pupuk organik dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga, karena bisa
dibuat sendiri.
3.
Pupuk organik dapat meningkatkan hasil
produksi pertanian, karena menambah kesuburan tanah dan meningkatkan produksi jagung.
Daftar
Pustaka
Fuady Z. 2010. Pengaruh sistem olah tanah dan residu
tanaman terhadap laju mineralisasi nitrogen tanah. Jurnal Ilmiah Sains Dan Teknologi. 10 (1).
Hartono A, Djuniwati S, Hernandi H. 2013. Pemberian kotoran
sapi pada pertanaman jagung (Zea mays):
perubahan fraksi fosfor inorganik pada ultisol gunung sindur Jawa Barat. Jurnal Tanah Lingkungan. 15 (1): 1-4.
Huda S, Wikanta W. 2016. Pemanfaatan limbah kotoran
sapi menjadi pupuk organik sebagai upaya mendukung usaha peternakan sapi potong
di kelompok tani ternak mandiri jaya desa moropelang kecematan babat kabupaten
lamongan. Axiologiya. Jurnal Pengabdian
Masyarakat. 1 (1)
Lumowa T V S, Ernawati. 2014. Pengaruh pemberian
bokasi kotoran sapi terhadap pertumbuhan jagung manis Zea mays saccharata sebagai penunjang mata kuliah bakteriologi. Jurnal bioedukasi: 2 (2).
Nurhidayati, Istirochah, Pujiwati, Solichah A,
Djuhari, Basit A. 2008. Suatu Kajian Sistem Pertanian Terpadu dan
Berkelanjutan. Malang (ID): Universitas Islam Malang.
Syafruddin, Nurhayati, Wati R. 2012. Pengaruh jenis
pupuk terhadap pertumbuhan dan hasil beberapa varietas jagung manis.. Jurnal Floratek (7): 107 – 114.
Tola, Hamzah F, Dahlan, Kaharuddin. 2007. Pengaruh penggunaan
dosis pupuk bokashi kotoran sapi terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman
jagung. Jurnal Agrisistem. (3) 1.
Yuliana TB, 2010. Evaluasi Lingkungan Pemeliharaan
Peternakan Sapi Bali pada Peternakan Rakyat Di Desa Pengadangan Kecamatan
Pringgasela Kabupaten Lombok Timur NTB. Skripsi.
Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.
Wahyudin A, Ruminta, Bachtiar DC. 2015. Pengaruh
jarak tanam berbeda pada berbagai dosis pupuk organik terhadap pertumbuhan dan
hasil jagung hibrida P-12 di Jatinangor. Jurnal
Kultivasi. 14 (1).
Komentar